MAKALAH "Teori Belajar Humanistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran"
Tugas : Kelompok
Dosen : Sunardi,
S.Pd.,M.Pd
“Teori Belajar humanistik dan penerapannya dalam pembelajaran”
OLEH:
Asnidar Indarahayu 1528041011
Sitti Humairah. Bustang 1528041030
Hasmia 1528042009
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah
Belajar dan Pembelajaran
PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2016
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar
bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah
suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan
sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
perubahan terhadap lingkungan, sikap dan tingkah laku ketrampilan, kecakapan,
kemampuan, daya reaksi dan daya penerimaan. Jadi belajar adalah suatu proses
yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada siswa.
Didalam pembelajaran
juga perlu adanya guru dan siswa, dan dukungan suatu teori belajar, karena
tanpa guru siswa tidak akan dikatakan siswa, dan begitu juga sebaliknya tanpa
siswa guru tidak akan disebut guru kalau tidak ada siswa, juga dalam
pembelajaran tidak akan terlepas dengan teori karena teori itulah yang akan
merangsang kemampuan para sisiwa atas apa yang dimiliki dalam dirirnya. Secara
keseluruhan teori belajar di kelompokan menjadi empat kelompok atau aliran
meliputi: (1) Teori Belajar Behavioristik (2) Teori Belajar Kognitifistik (3)
Teori Belajar Konstruktifistik (4) Teori Belajar Humanistik.
Atas
dasar keempat tersebut pemakalah akan menerangkan salah satu dari teori-teori
diatas, yaitu teori belajar humanistik. Pada hakikatnya teori ini berkembang
dari aliran psikologi yang kemudian berpengaruh terhadap arah pengembangan
teori, praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran humanistik.
Oleh karena judul yang penulis tulis adalah Teori Humanistik maka pembahasan
yang akan terjadi adalah Psikologi dan Pendidikan
Psikologi humanistik merupakan salah satu
aliran dalam psikologi yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran
dari kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abad pertengahan. Pada
akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi, seperti : Abraham Maslow, Carl Rogers
dan Clark Moustakas mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya
mengkaji secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti tentang :
self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan, cinta, kreativitas, hakikat,
individualitas dan sejenisnya. Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai
reaksi atas aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai
“kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. Psikoanalisis dianggap sebagai
kekuatan pertama dalam psikologi yang awal mulanya datang dari psikoanalisis
ala Freud yang berusaha memahami tentang kedalaman psikis manusia yang dikombinasikan
dengan kesadaran pikiran guna menghasilkan kepribadian yang sehat. Kelompok
psikoanalis berkeyakinan bahwa perilaku manusia dikendalikan dan diatur oleh
kekuatan tak sadar dari dalam diri.
Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan.Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan.
Kekuatan psikologi yang kedua adalah behaviorisme yang dipelopori oleh Ivan Pavlov dengan hasil pemikirannya tentang refleks yang terkondisikan.Kalangan Behavioristik meyakini bahwa semua perilaku dikendalikan oleh faktor-faktor eksternal dari lingkungan.
Dalam mengembangkan teorinya, psikologi
humanistik sangat memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan
dengan lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada kebebasan
individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai,
tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Dalam hal ini, James
Bugental (1964) mengemukakan tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi
humanistik, yaitu:
(1)keberadaan manusia tidak dapat direduksi
ke dalam komponen-komponen;
(2) manusia memiliki keunikan tersendiri
dalam berhubungan dengan manusia lainnya
(3) manusia memiliki kesadaran akan dirinya
dalam mengadakan hubungan dengan orang lain; (4) manusia memiliki
pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab atas pilihan-pilihanya; dan (5)
manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna, nilai dan
kreativitas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud Teori Humanistik?
2. Siapakah tokoh-tokoh Teori Humanistik?
3. Apakah
ciri-ciri dan prinsip dalam Teori Humanistik?
4. Aplikasi
dan implikasi dari penerapan Teori Humanistik dalam pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Teori Humanistik.
2. Untuk
mengetahui tokoh-tokoh Teori Humanistik.
3. Untuk
mengetahui ciri-ciri dan prinsip dalam teori Humanistik.
4. Untuk
mengetahui Aplikasi dan implikasi dari penerapan Teori Humanistik dalam pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Teori Humanistik
Teori
pendidikan adalah suatu pandangan pendidikan yang diidealkan yang disajikan
dalam bentuk sebuah sistem konsep dan dalil. Ada juga yang mengatakan teori
pendidikan adalah serangkaian konsep, definisi, asumsi dan proposisi tentang
cara merubah sikap dan tingkah laku seseorang dalam rangka mewujudkan manusia
yang adil dan beradab.
Teori
Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia.Psikolog
humanistik mencoba untuk melihat kehidupan manusia
sebagaimana manusia melihat kehidupan mereka.Mereka berfokus pada kemampuan
manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional untuk dalam mengendalikan
hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal mereka.Dalam pandangan
humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta
mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka.
Menurut
para tokoh aliran ini penyusunan dan pemilihan materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.Tujuan utama pendidik adalah membantu siswa
mengembangkan dirinya, yaitu membantu individu untuk mengenal dirinya sendiri
sebagai manusia secara utuh dan membantu mengembangkan potensi dan keterampilan
mereka.
Para
ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses belajar yaitu proses
memperoleh informasi baru dan internalisasi informasi ini pada individu. Dalam
teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Pengertian humanistik yang
beragam membuat batasan-batasan aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang
berbagai macam arti pula.
Selain
teori belajar behavioristik dan toeri kognitif, teori belajar humanistik juga
penting untik dipahami.Menurut teori humanistik, proses belajar harus dimulai
dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri.Oleh sebab
itu, teori belajar humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang
kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi, dari pada bidang kajian
kajian psikologi belajar. Teori humanistik sangat mementingkan si yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori belajar ini lebih banyak
berbicara tentang konsep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang
dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.
Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada penertian belajar dalam
bentuknya yang paling ideal dari pada pemahaman tentang proses belajar
sebagaimana apa adanya, seperti yang selama ini dikaji oleh teori-teori belajar
lainnya.
Dalam pelaksanaannya, teori
humanistik ini antara lain tampak juga dalam pendekatan belajar yang
dikemukakan oleh Ausubel. Pandangannya tentang belajar bermakna atau “Meaningful learning” yang juga tergolong dalam
aliran kognitif ini, mengatakan bahwa belajar merupakanasmilasi bermakna.Materi
yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah
dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman emosional sangat penting
dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan dari pihak si
pelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam strujtur
konitif yang telah dimilikinya. Teori humanstik berpendapat bahwa belajar apapu
dapat dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memanusiakan manusia yaitu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar
secara optimal.
Pemahamanan terhadap
belajar yang diidealkan menjadikan teori humanistik dapat memanfaatkan teori
belajar apapun asal tujuannya untuk memanusiakan manusia.Hal ini menjadikan
teori humanistik bersifat elektik. Tidak dapat disangkal lagi bahwa setiap
pendirian atau pendekatan belajar tertentu, akan ada kebaikan dan ada pula
kelemahannya. Dalam arti ini elektisisme bukanlah suatu sistem dengan
membiarkan unsur-unsur tersebut dalam keadaan sebagaimana adanya atau aslinya.
Teori humanistik akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujuannya tercapai,
yatu memanusiakan manusia.
Manusia adalah makhluk yang
kompleks.Banyak ahli di dalam menyusun teorinya hanya terpaku pada aspek
tertentu yang sedang menjadi pusat perhatiannya.Dengan
pertimbangan-pertimbangantertentu setiap ahli melakukan penelitiannya dari
sudut pandangnya masing-masing dan menganggap bahwa keterangannya tentang
bagaimana manusia itu belajar adalah sebagai keterangan yang paling memadai.
Maka akan terdapat berbagai teori tentang belajar sesuai dengan pandangan
masong-masing.
Dari penalaran di atas
ternyata bahwa perbedaan antara pandangan yang satu dengan pandangan yang lain
sering kali hanya timbul karena perbedaan sudut pandangan semata, atau
kadang-kadang hanya perbedaan aksentuasi. Jadi keterangan atau pandangan yang
berbeda-beda itu hanyalah keterangan mengenai hal yang satu dan sama dipandang
dari sudut yang berlainan. Dengan demikian teori humanistik dengan
pandangannyadengan pandangannya elektik yaitu dengan cara memanfaatkan atau
merangkumkan berbagai teori belajar dengan tujuan untuk memanusiakan manusia
bukan saja mungkin untuk dilakukan, tetapi justru harus dilakukan.
Banyak tokoh penganut
aliran humanistik, diantaranya adalah Kolb yang terkenal dengan “Belajar Empat
Tahap”nya, honey dan Mumford dengan pembagian tentang macam-macam siswa,
Hubemas dengan “Tiga macam tipe belajar”nya, serta Bloom dan Krathwohl yang
terkenal dengan “Taksonomi Bloom”nya.
2.
Tokoh-tokoh
Teori Humanistik
Ø Historis
Teori Humanistik
Aliran
Humanistik muncul sekitar tahun 1960-1972.Kemudian muncul bebrapa perubahan dan
inovasi baru sampai dekade terakhir. Adapun tokoh – tokoh yang mempelopori
psikologi humanistik yang digunakan sebagai teori belajar humanisme sebagai
berikut :
Abraham
Maslow
Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima
dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang
Hierarchy of Needs ( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu
berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada
diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki
dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah
keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan
hidupnya.Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki tingkatan mulai dari yang
rendah sampai yang tinggi.
Carl
Rogers, adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap
saling menghargai dan tanpa prasangka dalam membantu mengatasi masalah–masalah
kehidupannya. Menurutnya hal yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran yaitu : Menjadi
manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar.Siswa tidak harus
belajar tentang hal – hal yang tidak ada artinya. Siswa akan mempelajari hal –
hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan dan ide baru sebagai bagian
yang bermakna bagi siswa. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti
mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bahan yang bermakna bagi siswa.
Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Dari
bukunya Freedom to learn, ia menunjukan sejumlah prinsip – prinsip yang
terpenting adalah :
Manusia
itu mempunyai kemampuan belajar secara alami Belajar yang signifikan terjadi
apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud –
maksud tersendiri. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai
dirinya sendiri di anggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.Belajar yang
bermakna di peroleh siswa dengan melakukanya. Belajar diperlancar bilamana
siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap
proses belajar itu. Bagaimana proses belajar dapat terjadi menurut teori
belajar humanisme? Orang balajar karena ingin mengetahui dunianya. Individu
memilih sesuatu untuk dipelajari, mengusahakan proses belajar dengan caranya
sendiri, dan menilainya sendiri tentang apakah proses belajarnya
berhasil.
Ø Bloom
dan Krathwohl
Dalam
hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari)
oleh siswa, yang tercakup dalam tiga kawasan berikut.
Kognitif, terdiri dari enam
tingkatan, yaitu:
1. Pengetahuan
(mengingat, menghafal);
2.
Pemahaman (menginterpretasikan);
3.
Aplikasi (menggunakan konsep untuk
memecahkan suatu masalah);
4.
Analisis
(menjabarkan suatu konsep);
5.
Sintesis (menggabungkan bagian-bagian
konsep menjadi suatu konsep utuh);
6.
Evaluasi (membandingkan ide, nilai,
metode, dsb).
Psikomotor, terdiri dari lima
tingkatan, yaitu:
1.
Peniruan (menirukan gerak);
2.
Penggunaan (menggunakan konsep untuk
melakukan gerak);
3.
Ketepatan (melakukan gerak dengan
benar);
4.
Perangkaian (melakukan beberapa gerakan
sekaligus dengan benar);
5.
Naturalisasi (melakukan gerak secara
wajar).
Afektif, terdiri dari lima
tingkatan, yaitu:
1.
Pengenalan (ingin menerima, sadar akan
adanya sesuatu);
2.
Merespon (aktif berpartisipasi);
3.
Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia
kepada nilai-nilai tertentu);
4.
Pengorganisasian (menghubung - hubungkan
nilai-nilai yang dipercayai);
5.
Pengalaman (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari
pola hidup).
Sementara
itu, Kolb membagi tahapan belajar menjadi empat tahap, yaitu:
a.
Pengalaman konkret; Pada tahap ini
seorang siswa hanya mampu sekedar ikut mengalami suatu kejadian.Dia belum
mempunyai kesadaran tentang hakikat kejadian tersebut.Dia pun belum mengerti
bagaimana dan mengapa suatu kejadian harus terjadi seperti itu.
b.
Pengalaman aktif dan reflektif; Siswa lambat
laun mampu mengadakan observasi aktif terhadap kejadian itu, serta mulai
berusaha memikirkan dan memahaminya.
c.
Konseptualisasi; Siswa mulai belajar
untuk membuat abstraksi atau “teori” tentang sesuatu hal yang pernah
diamatinya. Pada tahap ini siswa diharapkan sudah mampu untuk membuat
aturan-aturan umum ( generalisasi ) dari berbagai contoh kejadian yang meskipun
tampak berbeda-beda, tetapi mempunyai landasan aturan yang sama.
d.
Eksperimentasi aktif Siswa sudah mampu
mengaplikasikan suatu aturan umum ke situasi yang baru. Dalam dunia matematika
misalnya, siswa tidak hanya memahami “ asal-usul” sebuah rumus, tetapi ia juga
mampu memakai rumus tersebut untuk memecahkan suatu masalah yang belum pernah
ia temui sebelumnya.
Ø Pandangan
Honey Dan Mumford Terhadap Belajar
Tokoh teori humanistik lainnya adalah Honey
dan Mumford.Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan kolb mengenai
tahap-tahap di atas. Honey dan Mumford menggolong-golongkan orang yang belajar
ke dalam empat macam atau golongan, yaitu kelompok aktivis, golongan reflektor,
kelompok teoritis dan golongan pragmatis. Masing-masing kelompok memiliki
karakteristik yang berbeda dengan kelompok lainnya. Karakteristik tang dimaksud
adalah :
a.
Kelompok aktivis
Orang-orang
yang termasuk ke dalam kelompok aktivis adalah mereka yang senang melibatkan
diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk
memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Orang-orang tipe ini mudah diajak
berdialog, memiliki pikiran terbuka, menghargai pendapat orang lain, dan mudah
percaya pada orang lain.
Namun dalam melakukan suatu tindakan sering
kali kurang pertimbangan secara matang, dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya
untukmelibatkan diri. Dalam kegiatan belajar, orang-orang demikian senang pada
hal-hal yang sfatnya penemuan-penemuanbaru, seperti pemikiran baru, pengalaman
barru dan sebagainya, sehingga metode yang cocok adalah problem solving, barinstorming. Namun mereka akan
cepat bosan dengan kegiatan-kegiatan yang implementasinya memakan waktu lama.
b.
Kelompok reflector
Mereka
yang termasuk dalam kelompok reflektor mempunyai kecenderungan yang berlawanan
dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.Dalam dalam melakukan suatu
tindakan, orang-orang tipe rflektor sangant berhati-hati dan penuh
pertimbangan.Pertimbangan-pertimbangan baik-buruk dan untung-rugi, selalu
memperhitungkan dengan cermat dalam memutuskan sesuatu.Orang orang demikian
tidak mudah dipengaruhi, sehingga mereka cenderung bersifat konservatif.
c.
Kelompok teoritis
Lain halnya dengan orang-orang tipe teoritis,
merreka memiliki kecenderugan yang sangat keritis, suka menganalisis, selalu
berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya. Segala sesuatu sering
dikembalikan kepada teori dan konsep-konsep atau hukum-hukum.Mereka tidak
menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya subjektif.Dalam melakukan atau
memutuskan sesuatu, kelompok teoritis penuh dengan pertimbangan, sangat skeptis
da tidak menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif. Mereka tampak lebih tegas
dan mempunyai pendirian yang kuat, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh
pendapat orang lain.
d.
Kelompok pragmatis
Berbeda dengan orang-orang tipe prangmatis,
mereka memiliki sifat-sifat praktis, tda suka berpanjang lebardengan
teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya.Bagi mereka yang
penting adalah aspek-aspek praktis, sesuatu yang nyata dan dapat dilaksanakan.Sesuatu
hanya bermanfaat jika dapat dipraktekkan.Teori, konsep, dalil, memang penting,
tetapi jika itu semua tidak dapat dipraktekkan maka teori, konsep, dalil, dan
lain-lain itu tidak ada gunanya.Bagi mereka, sesuatu lebih baik dan berguna
jika dapat dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
3.
Ciri-ciri
dan Prinsip dalam Teori Humanistik
Berdasarkan
teori Kolb ini, Honey dan Mumford menggolongkan siswa menjadi empat tipe,
yakni:
1.
Aktivis; Ciri dari siswa ini adalah suka
melibatkan diri pada pengalaman-pengalaman baru dan cenderung berpikiran
terbuka serta mudah diajak berdialog. Namun, siswa seperti ini biasanya kurang
skeptis terhadap sesuatu. Dalam belajar mereka menyukai metode yang mampu
mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti brainstorming atau problem
solving .Akan tetapi mereka cepat merasa bosan dengan hal-hal yang perlu waktu
lama dalam implementasi.
2.
Reflektor; Siswa tipe ini cenderung
sangat berhati-hati mengambil langkah sehingga dalam mengambil keputusan mereka
lebih suka menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya.
3.
Teoris; Siswa tipe ini biasanya sangat kritis,
senang menganalisis, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian yang sifatnya
subjektif.Berpikir rasional adalah sangat penting.Dan mereka cenderung sangat skeptis
dan tidak suka hal-hal yang spekulatif.
4.
Pragmatis; Siswa pada tipe ini menaruh
perhatian besar pada aspek-aspek praktis dari segala hal. Bagi mereka teori
memang penting, tapi tidak akan berguna jika tidak dipraktikkan.
4.
Aplikasi
Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Teori humanistik sering dikritik karena sukar
diterapkan daam konteks yang lebih praktis.Teori ini diangagap lebih dekat
dengan bidang filsafat, teori kepribadian dan psikoterapi dari pada bidang
pendidikan, sehingga sukar menterjemahkannya ke dalam langkah-langkah yang
lebih kongkret dan praktis.Namun karena sifatnya yang ideal, yaitu memanusiakan
manusia, maka teori humanistik mampu memberikan arah terhadap semua komponen
pembelajaran untuk mendukung tercapainya tujuan tersebut.
Semua komponen pendidikan
temasuk tujuan pendidikan diarahkan pada terbentuknya manusia yang ideal,
manusia yang dicita-citakan, yaitu manusia yang mampu mencapai aktualisasi
diri.Untuk itu, sangat perlu diperhatikan bagaimana perkembangan peserta didik
dalam mengaktualisasi dirinya, pemahaman terhadap dirinya, serta realisasi
diri.Pengalaman emosional dan karakteristik khusus individu dalam belajar perlu
diperhatikan oleh guru dalam merencanakan pembelajaran. Karena seseorang akan
dapat belajar dengan baik jika mempunyai pengertian tentang dirinya sendiri dan
dapat membuat pilihan-pilihan secara bebas ke arah mana ia akan berkembang.
Dengan demikian teori humanistik mampu menjelaskan bagaimana tujuan yang ideal
tersebut dapat dicapai.
Teori humanistik akan
sangat membantu para pendidik dalam memahami arah belajar pada dimensi yang
lebih luas, sehingga upaya pembelajaran apapun dan dalam konteks manapun akan
selalu diarahkan dan dilakukan untuk mencapai tujuannya. Meskipun teori
humanistik ini masih sukar diterjemahkan ke dalam langkah-langkah pembelajaran
yang praktis dan operasional, namun sumbangan teori ni amat besar. Ide-ide,
konsep-konsep, taksonomi-taksonomi tujuan yang telah dirumuskannya dapat
membantu para pendidik dan guru untuk memahami hakekat kejiwaan manusia. Hal
ini akan dapat membantu mereka dalam menentukan komponen-komponen pembelajaran
seperti perumusan tujuan, penentuan materi, pemilihan strategi pembelajaran,
serta pengembangan alat evaluasi, ke arah pembentukan manusia yang dicita-citakan
tersebut.
Kegiatan pembelajaran yang
dirancang secara sistematis, tahap demi tahap secara ketat, sebagai mana
tujuan-tujuan pembelajaran yang telah dinyatakan secara eksplisit dan dapat
diukur, kondisi belajar yang dapat diatur dan ditentukan, serta
pengalaman-pengalaman belajar yang dipilih untuk siswa, mungkin saja berguna
bagi guru tetapi tidak berarti bagi siswa (Rogers dalam Snelbecker, 1974). Hal
tersebut tidak sejalan dengan teori humanistik.Menurut teori ini, agr belajar
bermakna bagi siswa, diperlukan insiatif dan keterlibatan penuh dari siswa
sendiri. Maka siswa akan mengalami belajar eksperiensial (experiential learning).
Dalam prakteknya teori
humanistik ini cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif,
mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam proses belajar. Oleh sebab itu, walaupun secara ekspilsit belum ada
pedman baku tantang langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik,
namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan humanistik,
namun paling tidak langkah-langkah pembelajaran yang dikemukakan oleh Suciati
dan Prasetya Irawan (2001) dapat digumakan sebagi acuan. Langkah-langkah yang
dimaksud adalah sebagi berikut :
- Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
- Menentukan materi pembelajaran.
- Mengidentifikasi kemampuan awal (entri behvior) siswa.
- Mengidentifikasi topik-topik pelajaran yang memungkinkan siswa secara aktif melibatkan diri atau mengalami dalam belajar.
- Merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran.
- Membimbing siswa belajar secara aktif.
- Membimbing siswa untuk memahami hakikat makna dari pengalaman belajarnya.
- Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman belajarnya.
- Membimbing siswa dalam mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi nyata.
- Mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Aplikasi teori
humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang
mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran
humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru
memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran.
Siswa
berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman
belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan
potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif. Tujuan pembelajaran lebih
kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya
dilalui adalah :
1.
Merumuskan tujuan belajar yang jelas. Mengusahakan
partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur dan
positif.
2.
Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
3.
Mendorong siswa untuk peka berpikir
kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.
4.
Siswa didorong untuk bebas mengemukakan
pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dariperilaku yang ditunjukkan.
5.
Guru menerima siswa apa adanya, berusaha
memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong
siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
6.
Memberikan kesempatan murid untuk maju
sesuai dengan kecepatannya.
7.
Evaluasi diberikan secara individual
berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran
berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi
pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.Indikator dari keberhasilan
aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar
dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh
pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab
tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau
etika yang berlaku.
Ø Ciri-ciri guru yang baik dan kurang
baik menurut Humanistik
Guru
yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil,
menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan
wajar. Ruang kelas lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan
guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang
rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai perasaan siswa dengan komentar
yang menyakitkan, bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan
yang ada.
Ø Teori
kurikulum humanistic
Konsep
dasar
Kurikulum
humanistik dikembangkan oleh ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi yaitu oleh jhon dewey dan J.J
Rousseau. Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa.Mereka bertolak
dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam
pendidikan.Ia adalah subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Para
pendidik humanis juga berpegang pada konsep gesalt, bahwa individu atau anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh.Pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial
dan afektif.
Pendidikan
humanistik menekankan peranan siswa.Pendidikan merupakan suatu upaya untuk
menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab.Berkat situasi tersebut anak
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.Pendidikan mereka lebih
menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau
bersikap terhadap sesuatu.Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri
sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan. Aliran
yang termasuk dalm pendidikan humanistik yaitu pendidikan: konfluen, kritikisme
radikal, dan mistikisme modern.
Pendidikan
konfluen menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespon secara utuh
terhadap kesatuan yang menyeluruh dari lingkungan. Pendidikan kritikisme
radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme rousseau. Mereka
memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan mistikisme
modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengebangkan kepekaan
perasaan, kehalusan budi peerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi,
dan sebagainya.
Ø Karakteristik kurikulum
humanisik
Kurikulum
humanistik memiliki beberapa karakteristik, berkenaan dengan tujuan, metode,
organisasi isi, dan evaluasi. Menurut para humanis, kurikulum berfungsi
menyediakan pengalaman berharga untuk membantu memperlancar
perkembangan pribadi murid.
Karekteristik
humanistik menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dan murid. Guru
selain harus menciptakan hubungan yang hangat dengan urid, juga mampu menjadi
sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik dan mampu menciptakan
situasi yang memperlancar proses belajar. Sesuai prinsip yang dianut humanistik
menekankan integrasi, yaitu kesatuan prilaku, bukan saja yang bersifat
intelektual tetapi juga emosional dan tindakan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Menurut teori humanistik tujuan belajar
adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa
telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah
mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung
bersifat elektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal
tujuannya tercapai.
2. Beberapa
tokoh penganut aliran humanistik diantaranya adalah :
a.
Kolb, dengan konsepnya tentang empat tahap
belajar, yaitu pengalaman konkret, pengalaman aktif dan reflektif,
konseptualisasi, dan eksperimentasi aktif.
- Honey dan Mumford, menggolongkan siswa menjadi 4, yaitu aktifis, reflektor, teoris, dan pragmatis.
- Hubermas, membedakan 3 macam atau tipe belajar, yaitu belajar teknis, belajar praktis, dan belajar emansipatoris.
- Bloom dan Krathwohl, dengan 3 kawasan tujuan belajar, yaitu kognitif, psikomotor, dan efektf.
- Ausubel, walaupun termasuk juga kedalam aliran kognitifisme, ia terkenal dengan konsepnya belajar bermakna (meaningful learning).
3.
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan
pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif.Teori ini juga
amat mementingkan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar.
DAFTAR
PUSTAKA
B. Uno, M. Pd, Dr.
Hamzah. 2006. Orientasi Baru dalam
Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
Dr. Iskandar, M.Pd.
2009. Psikologi Pendidikan. Cipayung:
Gaung Persada ( GP ) Press
Hadis, M. Pd, Drs.
Abdul. 2006. Psikologi dalam Pendidikan. Bandung: Alfbeta
Mahmud, Drs. M.
Dimyati. 1990. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: BPFE - Yogyakarta
novinasuprobo.wordpress.com/2008/06/15/teori-belajar-humanistik.
Diakses pada 3 oktober 2016.
http://
mihwanuddin.wordpress.com. Diakses pada 3 Oktober 2016.
http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-humanisme
. Diakses pada 3 oktober 2016.
http:// trimanjuniarso.files.wordpress.com.
Diakses pada 3 oktober 2013.
Terimakasih.. tulisannya sangat bermanfaat..
BalasHapusMy blog
Terima Kasih... Sangat Bermanfaat.Semoga Diberkati oleh yang maha kuasa.
BalasHapus